Ikut
Tahlilah
Usai magrib pukul
18.00, saya menghadiri acara tahlil dan syukuran rumah di rumahnya Hamim. Yang
hadir kira-kira dua belas orang. Dia yang baru saja selesai merehab rumahnya
melakukan tahaddus binni’mat dan tahlil kepada leluhurnya. Selesai acara ambeng
yang beisi ayam utuh lalu dibagi menadi dua belas bagian. Tidak luoa nasi dan
sayurnya yang sudah dibungkus sebelumnya.
Sebetulnya pada saat
yang sama, saya juga mendapat undangan tahlil hari pertama wafatnya Mbah Sumi.
Seorang nenek yang usianya di atas delapan puluhan.Tempat tidak jauh dari
rumahnya Hamim, berada di belakang rumah pekerja furniture di Surabaya itu.
Masing-masing acara
tersebut sebetulnya ingin saya hadiri semuanya. Akan tetapi, karena waktu
pelaksanaannya sama, setelah solat maghrib, membuat saya tidak bisa menghadiri
salah satunya. Saya menentukan menghadiri acara di rumah Hamim. Ini bukan tanpa
alasan. Arif, seorang pengundang acara di rumah Hamim, lebih dahulu mengundang
dari pada Agus yang mengundang tahlil wafatnya Mbah Sumi tadi. Di samping itu,
Hamim adalah tetangga saya yang paling dekat dengan rumah saya.
Ada hal menarik yang
saya dapatkan saat menghadiri acara di rumah Hamim itu. Kyai An, begitu ia
biasa disapa warga, yang memimpin acara tahlil dan syukuran rumah itu tergesa-gesa
dalam membaca ritual tahlil dan syukuran. Durasi membacanya tidak sama ketika
dia memimpin acara sama di rumah dan
waktu lain. Membaca tahlilnya banyak yang disingkat-singkat. Berbeda sekali
bila dibandingkan memimpin acara yang sama di rumah H. Sakur. Selain bacaannya
tartil, durasi membaca tahlil panjang.
Mengetahui hal itu,
timbul beberapa pertanyaan: apakah H. Sakur lebih kaya dibanding Hamim dan ada
acara yang sama, membuat dia memperpendek bacaan tahlilnya? Sampai sekarang pun
pertanyaan itu belum juga saya temukan jawabannya. Sebetulnya saya ingin
menanyakan langsung kepada kyai An, tetapi saya urungkan karena hawatir menyinggung
perasaannya. Memang biasanya berbeda amplop sedekah yang diberikan orang kaya
dan tidak kaya.
Meski begitu, saya
tidak mau menduga-duga hanya karena amplop berbeda, acara tahlil menjadi
disingkat.